Jakarta - Konflik yang menajam antara PSSI dengan Liga
Primer Indonesia (LPI) mengundang keprihatinan dari suporter sepakbola
Indonesia. Suporter berharap kedua belah pihak duduk bersama.
Di
mata Arista Budiyono, salah satu aktivis suporter sepakbola nasional,
konflik yang terjadi antara PSSI selaku induk sepakbola Indonesia dan
penyelenggara Liga Super Indonesia (LSI) dengan LPI berakibat merugikan.
"Dari
sisi suporter, makin terkotak-kotak. Ketika suporter Persebaya (1927)
mati-matian membela LPI, maka dia akan makin bermusuhan dengan suporter
Persija Jakarta yang ada di LSI. Itu contohnya," kata Arista saat
berbincang dengan detikSport, Jumat (14/1/2011).
"Kasihan
sepakbola itu sendiri, ketika potensi-potensi muda tidak bisa masuk
tim nasional karena angkuhnya kedua belah pihak. Pemain dikorbankan
karena egoisnya mereka yang di atas," timpal Aris, sapaan Arista.
Aris
berharap PSSI dan LPI bisa duduk dalam satu forum dan berdiskusi,
bukannya saling serang dan saling menghindar apabila ada rencana untuk
mempertemukan kedua belah pihak itu.
"Kalau bisa duduk bareng,
bagaimana caranya biar LPI diakui PSSI. Yang terjadi, kedua belah pihak
satu sama lainnya tidak mau ditemukan," kata Aris menyesal.
"Enaknya
ada yang menengahi. Tapi siapa juga ya? Kalau Menpora (Andi
Mallarangeng), terlalu pro LPI. Harusnya ada juga stakeholder olahraga
nasional, seperti KONI dan Menpora," usulnya.
Mengenai keberadaan
dua kompetisi ini, Aris yakin nantinya akan terjadi seleksi alam di
mana yang lebih baik akan lebih diminati dan yang lebih buruk bakal
ditinggalkan.
Namun Aris mewanti-wanti agar kompetisi sepakbola
tidak dijadikan alat politik. Kompetisi seharusnya diadakan demi
perkembangan sepakbola itu sendiri, demi pembinaan dan ujungnya demi
prestasi.
"Buat masyarakat, jadi banyak alternatif. Cuma
seharusnya yang fair, jangan saling menjegal," cetus pria asal Solo yang
gigih untuk mendamaikan
kelompok-kelompok suporter di Indonesia
itu.
"Seperti LPI itu niatnya tidak untuk membangun kompetisi,
LPI itu karena sakit hati. LPI sebenarnya bagus secara konsep, tapi
tidak udah ditambahi intrik-intrik politik lah," pinta Aris.
"Harusnya
di antara kedua belah pihak, ada yang dinegosiasikan. PSSI jangan
ngotot, tapi LPI juga harus berusaha permisi," pungkasnya.